Abstract
People’s
Republic of China appears on surface of economic growth as a Tiger or
Asia with Korea and Japan. People’s Republic of China has a great
population, either in their country or in some countries else. But, this
great pppulation does not make China drop down their economic form.
Nowadays China become a super power country who leads economic growth in
the world, even this country has many problems internally.
China
has much great secrets behind his successful that may can be taken as a
wisdom and be applied in our loving country. Those secret was
philosophical and can be applied in each other country even if in this
world. Those are building an economic growth beyond educations,
government regulations, productions, etc. Those all, especially
production sector have to be applied in Indonesia if this country will
be a great country in this economic growth.
JEL Classivication : E20, J10
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pertumbuhan
penduduk di dunia selalu menunjukkan angka yang positif. Artinya
tingkat penduduk yang lahir (natalitas) lebih banyak daripada angka
penduduk yang mati (mortalitas) dan juga jumlah penduduk dalam tingkat
migrasi lebih mengarah pada angka dimana penduduk pendatag lebih banyak
dari pada penduduk yang pergi terutama didaerah perkotaan. Pertumbuhan
yang sangat besar ini menjadikan momok tersendiri bagi masyarakat
penghuni dunia dengan segala resiko dari segi perekonomian maupun
wilayah yang masih tersedia di bumi. Terlebih dengan meningkatnya
layanan kesehatan dan perkembangan teknologi yang di bidang kesehatan
maupun layanan masyarakat saat ini, menjadikan salah satu indicator
menurunnya tingkat kematian (mortalitas) jikalau dibandingkan dengan
beberapa decade silam, terutama saat-saat setelah perang dingin.
Pertumbuhan
penduduk yang tinggi menuntut daya produksi yang tinggi dalam rangka
untuk menanggulangi atau memenuhi hajat hidup masyarakat tersebut.
Banyak negara-negara di dunia yang tergerus oleh inflasi maupun
kemiskinan jangka panjang dikarenakan tidak sesuai dengan pertumbuhan
penduduk yang terjadi di negara tersebut, seperti Indonesia misalnya,
kemiskinan dan krisis moneter tidak bisa dielakkan lagi dengan salah
satu penyebabnya adalah tidak seimbangnya tingkat produksi dengan
tingkat pertumbuhan penduduknya.
Rata-rata
tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia pada periode 1980-1990 mencapai
angka 1,98 % dan pada periode 1990-2000 mencapai 1,49 %. Angka ini
menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran negara-negara dengan kepadatan
penduduk yang relative besar. Pada tahun 2000 saja Indonesia sudah
memiliki penduduk sebesar 206.264.595 jiwa. Namun, dengan jumlah
penduduk Indonesia yang besar tersebut, perekonomian Indonesia masih
tergolong lambat pertumbuhannya. Dengan artian negara ini masih dalam
lembah kemiskinan atau belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara
menyeluruh.
Fenomena diatas berbeda dengan Cina yang juga berkependudukan tinggi. Namun, tidak
bernasib sama seperti Indonesia. Pertumbuhan perekonomian Cina relative
besar, terbukti tahun antara tahun 1980 sampai 2005, perekonomian Cina
tumbuh hingga angka 10% dan pada tahun 2009 mencapai 8,9%. Angka ini
merupakan angka yang lebih besar dari prediksi para ahli ekonomi negara
tersebut. Perkembangan perekonomian Cina terus membaik semenjak periode 1980-an. Padahal di awal tahun 1990-an, penduduk
keturunan Cina bertambah 1% di Filipina, di Indonesia menigkat sebesar
2-3 %, di Thailand mencapai 10% dari total penduduk Thailand, dan di
Malaysia hingga sepertiga dari total penduduk Malaysia. [1]
Dengan
jumlah penduduk sekitar 1,3 miliar jiwa, Cina berhasil menjadi salah
satu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia. Bahkan,
dipercaya akan memimpin kekuatan perekonomian dunia bersama Korea dan
Jepang menggusur dominasi Amerika serikat sebagai negara super power
saat ini. Sukses negara berjuluk ‘Tirai Bambu’ ini tidak lepas dari
banyaknya penduduk yang dimiliki ditambah lagi dengan keturunan penduduk
Cina yang tersebar di selruh negara-negara belahan dunia.
Berdasarkan
pada fenomena seperti diatas, terjadi perbedaan yang signifikan antara
negara Indonesia dan Cina dalam segi perekonomian. Padahal Cina memiliki
penduduk yang jauh lebih banyak dari pada Indonesia dan memiliki
kekayaan yang lebih miskin dari Indonesia. Tapi, mengapa Cina yang
berpenduduk lebih banyak itu bisa menjadi ‘Macan Asia’, sedangkan
Indonesia yang dikaruniai kekayaan alam yang melimpah tertinggal jauh
dibelakangnya? Cina juga membuktikan bahwa bisa menanggulangi dan
memproduksikan ledakan penduduknya. Oleh karena itu perlu adanya
analisis perekonomian dan kebijaka negara Cina yang berhasil keluar dari
momok besar suatu kepadatan dan ledakan penduduk yang terjadi yang
kemudian bisa diambil point penting dan diaplikasikan didalam
perekonomian negara Indonesia apabila memungkinkan.
I.2. Rumusan Masalah
Latar
belakang permasalahan yakni munculnya wacana bahwasanya pertumbuhan
penduduk yang tinggi menjadi penghambat perekonomian dan produktivitas
suatu negara. Akan tetapi Cina bisa eksis dengan kepadatan penduduknya.
Maka, penulisan karya ini bisa dinisbahkan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Benarkah jumlah penduduk yang tinggi selalu berdampak negative bagi perekonomian suatu negara?
2. Factor
apa saja yang membuat negara Cina dan keturunan penduduk Cina menjadi
maju dan sejahtera? Mungkinkan aspek-aspek tersebut diterapkan di
Indonesia?
I.3. Manfaat Penulisan
Kata
bijak mengatakan ‘bercerminlah engkau pada suatu kaum, karena
sebaik-baik kaum adalah yang bisa mengambil hikmah dari suatu
peristiwa’, maka penulisan karya ilmiah ini diharapkan bisa:
1. Memberikan gambaran proses dari bangkitnya perekonomian bangsa Cina sehingga menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia.
2. Berkonstribusi dalam member informasi yang diakui validitasnya
I.4. Data dan Metodologi Penulisan
Penyusunan
karya tulis ini merupakan penulisan atas penelitian study pustaka atau
study literatur yang telah dipublikasikan dan kemudian dikaji sesuai
arah kajian dan teoritis. Adapu study lteratur tersebut diambil dari:
Artikel pada majalah, surat kabar, maupun internet, buku pegangan, serta
fenomena yang terjadi akhir-akhir ini.
BAB II
KAJIAN TEORI
II.1. Teori Pertumbuhan Penduduk
Banyak
pemikir yang mengemukakan pendapat dan pemikiran mereka tentang
pertumbuha penduduk. Ini dikarenakan pertumbuhan penduduk merupakan hal
yang penting di dalam suatau tatanan kenegaraan. Setiap negara tentunya
memiliki kebutuhan dan kapasitas yang berbeda terhadap pertumbuhan
penduduk ini. Beberapa teori diantaranya :
1. Teori Malthusian
Sebelum
Malthus, pemikiran tentang pertumbuhan penduduk hanyalah dimana suatu
reproduksi merupakan upaya menggantikan masyarakat atau orang yang telah
mati karena jumah kematian yang relative tinggi. Beberapa pandangan
tentang kependudukan sebelum teori Malthusian dan ketidakselarasan dalam
praktek sebelum dan sesudah masa Malthus:[2]
- Ajaran
Confusian pada masa Cina Kuno (500 SM) menyebutkan bahwa tingginya
pertumbuhan penduduk menjadikan nilai output suatu produksi menjadi
berkurang. Ajaran ini juga menyatakan bahwa pemerintah mempunyai
tanggung jawab untuk menjaga kestabilan penduduk dan luas lahan (tempat
penduduk tinggal dan beraktifitas). Solusinya adalah dengan cara
mengadakan migrasi menuju tempat yang lebih sedikit penduduknya.
- Plato
dan Aristoteles berpendapat bahwa kwalitas manusia dalam memproduksi
barang lebih penting dari pada kwantitas masyarakat itu sendiri,
terutama dalam memelihara kesejahteraan hidup suatu masyarakat. Jadi
penduduk yang berjumlah banyak belum tentu efisien dalam melakukan suatu
kegiaatan produksi.
- Pada
abad ke-17 munculnya Mercantilisme menyebarkan doktrin pronatalis yang
memandang pertumbuhan penduduk merupakan hal yang teramat penting karena
merupakan instrument peningkatan pendapatan masyarakat. Pronatalis
adalah teori yang menyerukan bahwa pendapatan nasional
sama dengan seluruh hasil produksi dikurangi upah yang diterima tenaga
kerja. Karena upah tenaga kerja pada waktu itu cenderung turun maka
angkatan kerja akan naik dan negara yang berpenduduk padat akan
mendapatkan keuntungan.
- Ide
yang lain dating dari William Godwin, dia percaya bahawasanya suplai
makanan bisa meningkat drastis dengan adanaya teknologi yang maju. Ia
juga menambahkan bahwa hal ini tidak akan menyebabkan overpopulation
karena dengan sendirinya masyarakat akan membatasi kelahiran. Sementara
kemiskinan dan pengangguran bukanlah disebabkan oleh overpopulation
melainkan karena institusi social yang tidak merata.
2. Teori Adam Smith
Pada
abad ke-18 Adam Smith dan kaum Physiocratic menyatakan bantahan
terhadap doktrin Pronatalis. Kaum pemikir ini berpandangan kependudukan
bukanlah masalah yang sangat vital yang mempengaruhi
kesejahteraan suatu masyarkat, tetapi factor tanah lah yang sangat erat
kaitannya dengan tingkat produksi. Adam Smith menambahkan bahwasanya ada
hubungan yang harmonis antaranya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan
perekonomian, dimana pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh pertumbuhan
ekonomi. Dia juga menyatakan pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh
permintaan terhadap tenaga kerja (demand of labor) dan permintaan tenaga
kerja dipengaruhi oleh produktivitas suatu lahan.
3. Teori Neo-Klasik
Beberapa pemikir dari Neo-Klasik berpandangan bahwasanya dalam jangka panjang perkembangan perekonomian akan mengalami stationary state yaitu
keadaan dimana perekonomian tidak akan lagi mengalami pertumbuhan
tetapi hanya diam atau statis. Menurut pemikir-pemikir ekonomi klasik,
pertumbuhan penduduk yang tingi akan menjadikan jumlah penduduk berlipat
dalam suatu generasi dan akan menurunkan kembali tingkat pembangunan ke
taraf yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, pada tingkat ini pekerja
akan mendapatkan upah yang sangat minimal.[3]
II.2. Republik Rakyat Cina dan Perekonomiannya
Republik
Rakyat Cina (People’s Republic Of China) merupakan sebuah negara yang
berfaham komunis, terletak di Asia Timur yang beribukotakan di Beijing
dengan kota besar yang terkenal, Shanghai. Negara ini adalah negara
dengan kapasitas penduduk terpadat di dunia. Sensus penduduk pada tahun
2000 sekitar 1.242.612.226 jiwa dan diperkirakan pada tahun 2010 ini
sebesar 1.338.612.968 jiwa.[4] RRC merupakan salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB juga merupakan
Peradaban
Cina kuno merupakan salah satu peradaban termasyhur di tanah Asia.
Dalam sejarah, kawasan Cina kuno ini meliputi wilayah “Zona Tionghoa”
yang terdiri dari Korea, Vietnam, pulau Liu Chin. Sekarang
kawasan-kawasan ini menjadi negara-negara yang bebas terbentang dari
negara RRC, Korea ( Utara dan Selatan), Hongkong, Singapura dan Taiwan.
Negara-negara bekas kawasan Cina kuno ini telah bermetamorfosa menjadi
negara-negara adidaya kawasan Asia, menemani negara tetanga Jepang. Jepang
sendiri pada masa kuno menguasai kawasan “ Zona Asia Dalam” yang
meliputi non-Cina, Manchu, Mongol, Uighur, Turki, dan Tibet. [5]
Selama
lebih dari 4000 tahun negara Cina dikomandani oleh system politik
tunggal yang didasarkan pada monarki yang tunggal, berawal semenjak
dinasti Xin (kira-kira 2000 BC) hingga dinasti Qing yang terakhir
sebelum akhirnya kaum reformis yang dipelopori oleh Dr. Sun Yat Sen
menuntut didirikannya negara reformasi. Pada tahun 1 Oktober 1949 Mao
Zedong mengumumkan berdirinya negara Republik Rakyat Cina atau People’s
Republic of China yang berfahamkan komunis sebagai faham negara.
Cina
mengalami banyak peristiwa-peristiwa bersejarah dalam perjalanannya
mencapai kemakmuran saat ini. Berikut beberapa peristiwa bersejarah yang
berpengaruh terhadap perkembangan Cina:[6]
1. 1978
: Dua tahun setelah pemimpin utama Cina, Mao Zedong meninggal, Partai
Komunis Cina meluncurkan kembali reformasi dibawah pimpinan presiden
Deng Xiao Ping. China mulai menerapkan kebijakan
“household-responsibility system” di pedesaan, dengan memberikan hak
milik produk pertanian untuk pertama kalinya.
2. 1979
: Kebijakan “ satu orang anak” diberlakukan di Cina. Kebijakan ini
bertujuan menekan laju pertumbuhan penduduk Cina. Pada tahun ini juga
kembalinya hubungan diplomatic dengan Amerika Serikat.
3. 1980
: Kota Shen Zhen menjadi wilayah pertama yang menjadi “ Zona Ekonomi
Khusus” dengan kebijakan pasar yang lebih fleksibel. Kemudian kota ini
dirubah menjadi kota pusat perkapalan dan manufaktur.
4. 1986 : Mahasiswa beraksi urun ke jalan-jalan dan berorasi menentang korupsi dan pengekangan politik.
5. 1988 : Krisis ekonomi terjadi dan mengakibatkan inflasi hingga mencapai 30%
6. 1989
: Protes menentang pemerintah dan menuntut pembubaran partai oleh para
mahasiswa dan rakyat yang bergabung. Pada 3-4 Juni 1989, Partai Komunis
mengerahkan sejumlah kendaraan berat untuk menghentikan aksi para
demonstran. Ratusan orang mati tergilas kendaraan berat di lapangan
Tianmen, Beijing.
7. 1990 : Bursa Saham Sanghai (Sanghai Stock Exchange) untuk pertama kalinya dibuka di China.
8. 1992
: Presiden Deng melakukan kunjungan ke selatan China untuk mendesak
percepatan reformasi ekonomi dan mengakhiri pengaruh Partai konservatif
yang menentang liberalisasi pasar.
9. 1996 : China memperbolehkan transaksi valuta asing terhadap mata uang yuan.
10. 1997 : Deng Xiaoping meninggal bulan Februari. Penerusnya adalah Jiang Zemin.
Hongkong reunifikasi pada Juli 1997.
Hongkong reunifikasi pada Juli 1997.
11. 1998 : China mengeluarkan $ 500 milyar untuk likuidasi sektor perbankan guna menyelematkan perbankan hancur.
12. 1999
: Bulan Mei pemprotes China mengepung dan melempar batu ke Kedutaan USA
di Beijing dan kantor konsulat USA dipenjuru negara China. Protes ini
berujung dari serangan bom NATO di kedutaaan China di Belgrade,Serbia.
13. 2001 : China bergabung dengan WTO.
14. 2002: Partai Komunis China memperbolehkan pengusaha masuk partai.
15. 2003
: Hu Jianto ditetapkan sebagai Presiden menggantikan Jian Zemin oleh
Kongres Rakyat Nasional. Pada tahun ini muncul penyakit SARS dan
menyebar luas di daratan Asia. Dan pada bulan Oktober, Cina berhasil
mengirim manusia ke bulan dari gurun Gobi.
16. 2005 : China menyalip ekonomi Inggris, Prancis dan Italy dan menjadikan China sebagai negara dengan kekuatan ekonomi ke-4 terbesar di dunia.
China melepaskan pergerakan yuan terhadap dollar.
China melepaskan pergerakan yuan terhadap dollar.
17. 2006 : 2 maha proyek kontroversial, “Bendungan 3 Lembah” dan “Rel ke Tibet” selesai.
Cadangan devisa China terbesar di dunia, mencapai US$ 1 triliun (>Rp 10.000 triliun).
Cadangan devisa China terbesar di dunia, mencapai US$ 1 triliun (>Rp 10.000 triliun).
18. 2008 : China sukses menyelenggarakan Olimpiade 2008 Beijing yang terbesar sepanjang sejarah.
19. 2009 : Perekonomian Cina terus melaju dengan angka hamper 2 digit dan mencapai 8,9% pada akhir tahun 2009.
BAB III
PEMBAHASAN
III.1. Kemajuan Cina
Jikalau
dilihat dari sudut perekonomian dan tatanan kenegaraan, Cina telah
melewati tiga fase panjang dalam sejarah perekonomian maupun
kenegaraannya setelah bangsa ini berubah menjadi negara reformasi.
Pertama berkisar pada tahun 1946-1976, merupakan era Mao Zedong. Negara
Cina pada masa kepemerintahan Mao cenderung tetutup dari politik luar
negeri maupun perekonomian luar negeri. Segala kebijakan yang berkenaan
dengan politik, budaya, maupun pendidikan hanya diputuskan di pusat
pemerintahan, yakni di Beijing dan dilandaskan pada ajaran Mao
(Maoisme). Atas ketertutupan inilah maka Cina dijuluki sebagai “Negara
Tirai Bambu”.
Fase
kedua yang berkisar pada tahun 1978-2008 merupakan fase kepemimpnan
Deng Xioping. Pada masa kepemimpinannya negara Cina cenderung terbuka
baik dalam perekonomian maupun dalam berpolitik di kancah domestic
maupun internasional. Deng Xiaoping merupakan pemimpin yang sangat
dikagumi rakyat dalam kepemimpinannya. Kepandaiannya dalam berpolitik
dan berdiplomasi sangat hebat. Seorang negarawan Malaysia, DR. Mahathir
Muhammad dalam A Globalization With Commen Development
(Oktober 2001) mengatakan “Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa salah satu
pria terhebat abada ke-20 adalah Deng Xiaoping, bapak dari empat
modernisasi Cina. Petuah-petuahnya harus selalu ada dibenak kita bila
berbicara tentang isu-isu besar dunia, bahkan untuk selamanya”. [7]
Dari
statement DR. Mahathir telah digambarkan betapa besarnya sosok pemimpin
Deng Xiaoping dimata kawan maupun lawan berpolitiknya. Pemimpin Cina
yang satu ini juga memberikan andil yang besar atas kebijakan-kebijakan
yang diambil oleh keputusan pemerintah pusat. Dalam perekonomian
misalnya, Deng berani mengambil suatu kebijakan yang krusial, yakni
sedikit melenceng dari rambu-rambu faham sosialis. Deng berkata dalam
pidato kenegaraannya “Tidak penting seekor kucing itu berwarna hitam
maupun putih, yang penting adalah seekor kucing bisa menangkap tikus”.
Ucapan
Deng tersebut ditujukan untuk menanggapi kritikan negara-negara
sosialis yang tidak mengakui kepemilikan maupun kekayaan individu,
meliputi negara-negara bekas Uni Soviet. Pada awalnya, Cina merupakan
negara yang berfaham sosialis dalam tatanan perekonomian mereka, namun
Deng memerintahkan orang-orang pemerintahan dibawahnya untuk mengambil
beberapa kebijakan yang baik dan bisa mendatangkan keuntungan bagi
negaranya, walaupun harus bertentangan dengan kebijakan kaum sosialis
pada umumnya. Namun Cina masih mengklaim dirinya sebagai negara sosialis
dan kebijakan perekonomian yang diambil juga mayoritas mencerminka
kesosialismenya.
Selain kebijakan dibidang perekonomian, Deng juga mengambil kebijakan didalam menanggulangi masalah over-population. Deng
menerapkan kebijakan satu anak bagi setiap keluarga di Cina. Kebijakan
yang kemudian dijadikan sebagai peraturan negara, diambil atas dasar
kekhawatiran pemerintahan terhadap meledaknya jumlah penduduk di Cina.
Akan tetapi kebijakan ini tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan
pemerintah. Peraturan satu anak
hanya berjalan di pusat-pusat perkotaan, sementara di desa dan
daerah-daerh pelsok masih belum bisa dilaksaakan oleh masyarakat.
Mengingat pada waktu itu pedesaaan cenderung membutuhkan anak laki-laki
untuk menggarap tanah yang warga miliki.
Kepemerintahan
Deng juga membuat revolusi dibidang pendidikan. Pada awal mula dia
memerintah Republik Rakyat Cina, Deng sangat memperhatikan pendidikan di
negaranya. Deng berkata dalam pidato di depan masyarakat Cina (1978) :
“Bila Cina ingin memodernisasi perindustrian, pertanian, dan pertahanan,
maka yang harus dimodernisasikan dulu adalah sains dan teknologi serta
menjadikannya kekuatan produktif”.
Fase
ketiga adalah masa-masa generasi penerus, pada tahun 1992-2003 Cina
diperintah oleh Jiang Zemin/ Zhu Rongji dan diteruskan lagi oleh duet Hu
Jianto/ Wen Jiabo sejak tahun 2003- sekarang. Hu/ Wen tetap menjalankan
landasan-landasan dan juga cita-cita yang dirintis oleh Deng Xioping.
Kebijakan-kebijakan yang diambil Hu/Wen mencerminkan betapa Deng sangat
hidup di hati masyarakat Cina. Hu/Wen juga bisa menghantarkan Cina
hingga saat ini.
Keberhasilan
Cina dalam perekonomian sudah terbukti kredibilitasnya. Terbukti sejak
tahun 1980 hingga saat ini Cina masih terus tumbuh dengan rata-rata
angka pertumbuhan perekonomian yang hampir mencapai dua digit setiap
tahunnya. Perindustrian Cina telah melakukan terobosa-terobosan baru
dalam memasuki pasar perindustrian. Semua ini didukung oleh sumber daya
manusia yang tinggi juga aliran dana yang masuk dari kalangan investor
baik investor domestic maupun luar negeri.
Besarnya
FDI ( Foreign Direct Investment) yang masuk ke negeri Cina menjadi
salah satu factor emicu berkembangnya perindustrian Cina yang modern.
Dengan kuatnya modal yang dimliki Cina, maka perindustrian akan terbantu
karena ada dana yang cukup besar untuk menggerakan sector produksi Cina
yang tentunya akan meningkatkan PDB (produk Domestik bruto) sehingga
mampu meningkatkan perekonomian.
Cina sangat pintar dalam menarik investor asing untuk berinvestasi, tercatat pada awal Maret 2009 Cina mendapatkan kurang dari 100 juta dolar FDI yang berpengaruh 3,4% dari total keseluruhan PDB. [8] Mayoritas dari FDI ini dating dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Taiwan,Hongkog, maupun
investor yang notebennya adalah penduduk keturunan Cina yang tinggal
dibelahan dunia. Loyalitas para keturunan Cina terhadap negara asal
nenek moyangnya memang tidak diragukan lagi. Sebanyak 68,3% dari FDI
berasal dari Hongkong, 9,3% berasal dari Taiwan dan sisanya dari
investor negara lain yang juga mayoritas merupakan keturunan penduduk
Cina yang berhasil di negara-negara lain.[9]
Disinilah
sebenarnya kekuatan Cina, selain kebijakan yang diambil oleh pemerintah
dalam urusan birokrasi yang sangat mudah, terutama dalam urusan
penarikan dana bantuan dari luar negeri, solidaritas dari penduduk
keturunan Cina yang tinggal di negara lain memiliki
pengaruh yang signifikan dalam menggapai cita-cita pemimin maupun rakyat
Cina, yaitu mencapi kemakmuran perekonomian dan menjadi macan Asia
bersama Korea dan Jepang yang telah mendahului mereka sebelumnya.
III.2. Indonesia = Cina?
ACFTA
telah diberlakukan pada awal Januari 2010 lalu, Indonesia mulai
kebanjiran produk-produk dari Cina. Harga-harga barang Cina bisa
mencapai harga yang paling rendah dipasaran, sehingga bisa melakukan
penetrasi yang kuat terhadap pasar di Indonesia yang mayoritas
penduduknya merupakan kalangan menengah kebawah. Harga barang Cina ini
bisa mencapai tiga kali lebih murah dari barang-barang produkan
Indonesia sendiri. Padahal barang dari Cina juga memiliki
kwalitas unggul, bahkan dibeberapa sector kwalitasnya mengalahkan barang
dari dalam negeri. Mengapa bisa demikian? Indonesia selalu mendambakan
laju perekonomian untuk selalu menguat, sebenarnya apa yang dimiliki
Cina dan tidak dimiliki oleh Indonesia? Bukankah kedua negara ini
memiliki persamaan?
Cina
memiliki modal yang begitu kuat dari luar negeri maupun dari kalangan
penduduknya sendiri. Negara Cina memang hobi hutang, akan tetapai hutang
yang diambil oleh Cina dipergunakan untuk suatu aktivitas yang
produktif. Kegiatan ini berbeda denngan Indonesia,
meskipun Indonesia rajin mengambil hutang dari luar negeri, akan tetapi
Indonesia cenderung memakai dana tersebut untuk aktivitas yang kurang
produktif.
Cina
juga memiliki tenaga kerja yang tinggi. Populasi Cina yang begitu besar
bisa dimanfaatkan dengan begitu efektif dan efisien. Disaat
negara-negara lain seperti Indonesia meninggalkan system padat kerja,
Cina justru menggalangkan system tersebut di kalangan masyarakat mereka.
Tenaga kerja Cina juga mengenyam pendidikan yang baik, sehingga bisa
meningkatkan mutu dari barag yang diproduksi. Kekuatan tenaga kerja
memang tidak sekuat tenaga mesin, dalam artian konsisten dan system
kerjanya, namun tenaga kerja yang baik justru akan menghasilkan produk
yang lebih baik dari mesin.
Keterampilan
memang yang jadi tonggak tenaga kerja Cina, akan tetapi murahnya upah
tenaga kerja juga menjadi factor tersendiri bagi perusahaan untuk
memanfaatkan tenaga manusia dari pada mesin, meskipun tidak semua
perusahaan seperti itu, karena ada juga beberapa perusahaan yang lebih
suka memakai tenaga mesin untuk aktivitas produksiya. Cina sendiri
setiap tahunnya menamatkan sarjana siap pakai sekitar 2 -
2,5 juta sarjana, sedangkan 60 persennya merupakan insiyur atau
mereka-mereka yang lulus di bidang Teknik. Tenaga kerja lokal pastilah
lebih murah dari tenaga kerja asing sehingga akan menurunkan anggaran
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan di Cina.
Sektor
infrastruktur di Cina juga sudah memadai sehigga distribusi dan suplai
barang-barang yang digunakan sebagai bahan dasar industri suatu produk
relative mudah. Dengan mudahnya barang yang didapatkan, maka memudahkan
perusahaan untuk produksi suatu barang dan biaya untuk
memprduksi barang akan lebih miring ketimbang di Indoneia misalnya yang
belum memiliki infrastruktur yang memadai. Kurangnya infrastruktur yang
tersedia membuat distribusi dan suplai barang bak sangatlah susah
didapatkan, harganya pun akan mahal. Jikalau harga barang baku mahal,
pastilah harga barang akan lebih mahal, itulah sebabnya produk Cina
relatif murah dipasaran.
Dilain
pihak, kebijakan satu anak bagi masyarakat Cina memang kurang
mendapatkan respon yang baik dari rakyat, terutama masyarakat pedesaan.
Bisa dikatakan kebijakan in mengalami jalan buntu untuk
perkembangannnya. Akan tetapi, kegagalan ini justru menjadi
berkah bagi perekonomian Cina selanjutnya. Dalam hal ini, teori
pertumbuhan ala Adam Smith dan William Goldwin lah yang terjadi di Cina.
Penduduk yang berjumlah besar malah menjadikan Cina bertenaga kerja
banyak dan bisa memperbaiki perekonomian. Di pedesaan Cina, terjadi
pengelompokan penduduk untuk menggarap lahan disana. Sehingga seperti
yang diungkapkan Goldwin, bahwasanya akan ada peningkatan produksi yang
dihasilkan oleh penduduk yang berjumlah banyak.
Masih menurut Goldwin, kemiskinan dan pengangguran sebenarnya
merupakan akibat dari kurangnya distribusi dan efisiensi perekonomian
yang terjadi dimasyarakat bukan disebabkan oleh tingkat populasi yang
tinggi. Perekonomian akan tetap stabil jikalau populasi yang tinggi bisa
menghasilkan produksi yang tinggi pula, sehingga akan selalu terjadi
keseimbangan dimasyarakat antara permintaan barang dan persediaan barang
untuk memenuhi permintaan terhadap barang-barang konsumsi. Dilain
pihak, migrasi yang tepat juga menjadikan indikasi distribusi barang
kepada masyarakat.
Pada zaman Orde Baru, pemerintah Indinesia juga mencanangkan
program Transmigrasi Bedol Desa. Tujuannya untuk pemerataan penduduk.
Kebijakan ini diambil karena Indonesia memiliki banyak lahan yang belum
disentuh tangan-tangan manusia untuk kemudian dijadikan sumber produksi
yang menjanjikan. Migrasi ini juga ditujukan agar masyarakat tidak hanya
terfokus pada suatu kota besar untuk memperbaiki nasib mereka.
Sayangnya, kebijakan transmigrasi seperti diatas tidak digalangkan
kembai oleh pemerintahan era Reformasi. Terlepas dari sengketa dan
asumsi negative era Orde Baru, seharusnya pemerintah terus menggalakkan
program transmigrasi supaya tidak terjadi urbanisasi besar-besaran
seperti saat ini.
Fenomena
dan problem saat ini adalah kebanyakan penduduk desa berurbanisasi ria
ke kota-kota untuk mencari pekerjaan ataupun mencoba memperbaiki nasib
mereka. Akan tetapi, masalah yang seperti ini kurang ditanggapi oleh
pemerintah sehingga terjadi pembengkakan penduduk di kota. Naasnya lagi,
tidak semua penduduk yang berpindah ke kota bisa mendapatkan pekerjaan,
sehingga justru menambah jumlah pengangguran yang ada di kota tujuan
mereka. Alhasil banyak sekali gelandangan yang membuat onar dan
menimbulkan perilaku kriminalitas yang mengganggu
ketertiban negara. Hal-hal tersebut mungkin tidak akan terjadi apabila
transmigrasi maupun urbanisasi dan jenis-jenis migrasi lainnya di
galakkan dan ditangani pemerintah secara regulasi dan diterapkan demi
kebijakan pemerataan penduduk. Dengan demikian, lahan yang dimiliki
Indonesia juga akan termanfaatkan secara efisien dan produktif.
Terlepas
dari semua itu, pendidikan moral suatu bangsa juga sangat penting.
Walau bagaimanapun, seperti halnya Indonesia, negara Cina juga pernah
dilanda kasus korupsi dipemerintahannya. Peristiwa ini memang memalukan
nama bangsa, tapi peristiwa memalkukan akan menjadi sejarah dan
pelajaran yang berharga apabila ditangani dengan bijaksana dan perubahan
yang riil. Ketika terbongkarnya kasus-kasus korupsi, pemerintahan ina
kebakaran jenggot dan mulai membenahi system dengan membinasakan para
koruptor dari kursi-kursi kepemerintahan.
Pada
saat itu juga, Cina membenahi system pendidikan yang ada, system
pendidikan lebih megedepankan pembentukan karakter tanpa memaksa siswa
untuk menguasai semua pelajaran yang ada. Pendidikan karakter seperti
ini sangat berhasil karena pada akhirnya seorang individu akan memiliki
suatu pekerjaan yang tetap dan tidak mungkin menguasai semua pelajaran,
oleh karenanya lebih baik mencetak orang-orang berkarakter yang memiliki
pijakan daripada mencetak orang yang kurang dalam karakter dan bermoral
sempit. Indonesia masih belum bisa mencetuskan pendidikan seperti ini,
akan tetapi pemerintahan sudah lumayan banyak mengambil kebijakan dalam
rangka berbenah dan menuju Indonesia yang lebih maju.
Pendidikan
karakter juga harus berjalan secara berkesinambungan dan dibarengi
pendidikan ketrampilan yang sesuai kebutuhan industri dan dibarengi
dengan pembentukan rasa percaya diri yang tinggi. Sekarang ini
pendidikan seakan hanya mengajarkan teori-teori secara monoton, sehingga
pendidikan yang tinggi bukan merupakan jaminan seseorang bisa
menghadapi tekanan kehidupan yang riil. Mendapatkan pekerjaan misalnya,
orang yang menyandang sarjana saat ini banyak sekali yang menjadi
pengangguran. Mengapa demikian? Disamping besarnya pesain
yang ada, kurangnya skil yang dimilliki oleh sarjana-sarjan tersebut
sangatlah minim. Jikalau direnungkan, ini menggambarkan kegagalan
pendidikan yang sangat nyata, yang hanya bertumpu pada kajian teoritis
tanpa mengetahui penggunaan teori ilmu-ilmu dalam aplikasi
sehari-harinya.
Peningkatan
percaya diri dalam berbangsa dan bernegara juga harus tertanam dalam
diri siswa-siswi Indonesia, sehingga bisa bersaing kembali dalam kancah
internasional. Dalam hal kepercayaan diri Indonesia memang masih kalah
jauh dari negara Cina, akan tetapi kita harus belajar terus menerus.
Harus diakui juga, kpercayaan diri bangsa kita mulai menunjukakkan
perubahan yan cukup signifikan. Buktinya Indonesia menjadi negara
anggota G-20 miliki peranan yang cukup vital. Ini merupakan prestasi
bangsa untuk kembali mengisi kursi-kursi kehormatan di kancah
Internasioal.
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Kesimpulan
dari tulisan ini bahwa perekonomian suatu negara sangatlah penting
dalam indikasi ksejahteraan masyarakat negara tersebut, akan tetapi
jumlah masyrakat yang banyak bukanlah suatu bentuk over-population. Pertumbuhan
jumlah penduduk yang banyak tidak selamanya membawa dampak yang buruk,
akan tetapi justru akan membawa manfaat yang baik apabila pertumbuhan
tersebut dibarengi dengan pertumuhan produksi yang seimbang, sehingga
disribusi pangan maupun kebutuhan lain akan berjalan dengan baik.
Pertumbuhan
ekonomi yang salah satu instrumennya tingkat produksi penduduk, bisa
tumbuh degan baik jika didukung oleh factor-faktor produksi maupun
distribusi yang baik. Termasuk didalamnya factor infrastruktur, modal,
regulasi pemerintah, maupun factor skil yang dimiliki oleh tenaga kerja.
IV.2. Saran
1. Hendaknya
pemerintah melihat dan bercermn dari kemajuan negara lain. Kemajuan
disini bukanlah keberhasilannya saja, akan tetapi bercermin kepada usaha
dan proses yang dilewati suatu bangsa dalam pencapaian kemajuan.
2. Sebagai
seorang pelajar dan cikal bakal dar stake holder ekonom, hendaknya kita
berusaha membela bangsa kita sebisa yang kita mampu untuk mencapai
kemajuan dengan rajin membaca dan belajar. Terlepas dari apa pun kita
bisa belajar sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
Hutington, P. Samuel, Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia / The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order, Penerjemah M. Sadat Ismail, 1999, Yogyakarta : Qalam.
Sukirno, Sadono. Ekonomi Pembangunan: Proses, masalah, dan dasar kebijakan. Jakarta:Kencana. 2006
John King,ed., The Chinese World Order : Traditional China’s Foreign Relations: 1968.
Junaidi, “Penduduk dan Pengembangan Ekonomi I”. 2009
Junaidi, “Penduduk dan Pembangunan Ekonomi II”. 2009
Junaidi, “Penduduk dan Pembangunan Ekonomi III”. 2009
OECD, “Cina Bisa Menjadi Eksportir Terbesar di Dunia pada tahun 2010”. 2010
Louis Kuijs, “Cina : Robust Pertumbuhan Terlihat Menyediakan Ruang Bagi Perubahan Fokus Kebijakan”. 2009
Bob Widyahartono, “Mencermati Tiga Etape Perjalanan Panjang China”. 2009
Martin Ravalior, “Findi ng and Lessons from China’s Succes”. 2007
[1] Huntington. ‘Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia’.1996.hal 302
[2] Junaedi: “Penduduk dan Pembangunan Ekonomi”. 2009
[3] Sukirno, Sadono. Ekonomi Pembangunan: Proses, masalah, dan dasar kebijakan. Jakarta:Kencana. 2006
[4] Dapat dilihat pada www.wikipedia.org/prc
[5] John King,ed., The Chinese World Order : Traditional China’s Foreign Relations: 1968.
[7] Ulasan Antaranews pada antaranews.com : 2009
[8] http://www.antaranews.com/view/?i=1245063003&c=EKB&s=MAK
[9]Hutington. Benturan Antar Peradaban dan Masa depan Politik Dunia. 1996
0 komentar: (+add yours?)
Post a Comment