INVESTASI DAN PENDIDIKAN SEBAGAI FAKTOR VITAL PROUKTIVITAS


Abstract:
Aktivitas produksi merupakan aktivitas yang sangat urgen dalam kegiatan perekonomian manusia untuk memenuhi hajat hidup dan kebutuhan. Berbagai daerah memiliki fungsi produksi masing-masing. Tujuannya sama akan tetapi dengan perbedaan fungsi yang berbeda maka berbeda juga kesejahteraan masyarakat dan budaya yang terbentuk.




Jell :


BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Kesejahteraan suatu kominatas masyarakat bisa dilihat dari kegiatan perekonomian masyarakat tersebut. Kegiatan ekonomi yang dimaksud adalah kegiatan produksi, ditribusi, ataupun konsumsi yang dilakukan oleh setiap individu yang merupakann bagian dari kelompok masyarakat. Kegiatan ekonomi ini juga yang terkadang menimbulkan banyak kriminalitas terjadi dimana-mana. Banyak pihak yang dengan keras menuding orang-orang miskin dan kemiskinan lah yang menjadi asal muara berbagai kejahatan yang meresahkan masyarakat ini.
Selama ini tindakan kriminalitas yang berkenaan dengan kegiatan ekonomi kurang diperhatikan oleh para penegak hukum di seantero negeri ini, bahkan para oknum penegak hukum acap kali terlibat dalam masalah-masalah kriminal ekonomi ini. Sebut saja berapa banyak penegak hukum yang seharusnya mengawal tegaknya hukum di negeri ini menjadi terdakwa dalam kasus korupsi, kolusi juga nepotisme. Hampir di setiap kubu dari instansi-instansi penegak hukum bersemanyam tikus-tikus kantor yang dengan sangat lihai mengelabui ribuan juta rakyat Indonesia dengan alibi-alibi yang mereka ciptakan. Mulai dari POLRI, Kejaksaan Agung, Dirjn Pajak, Bank Indonesia, Mahkamah Konstitusi, sampai kepada para pengawas rutan ( rumah tahanan) pun ikut andil dalam perkara tipikor yang selama ini diperangi oleh KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi).
Dilain pihak, jika kita melihat betapa na’asnya nasib saudara-saudara kita yang menjadi bulan-bulanan hukum dan keadilan di Indonesia. Petani coklat yang didakwa mencuri karena mengambil 3 buah coklat yang telah jatuh, atau buruh kebun karet yang didakwa dengan hal masalah yang mirip. Ada apa sebenarnya dengan negara kita? Dan ada apa dengan budaya masyarakat negeri ini? Apakah kemiskinan selalu menjadi kambing hitam atas semua kriminalitas perekonomian?
Fenomena sosial seperti diatas sangat rentan terjadi dimasyarakat kita, terkhusus didaerah-daerah dan kabupaten. Kabupaten Cilacap misalnya, kabupaten dengan luas wilayah 225.360,840 Ha[1] di Jawa Tengah yang berpenduduk 1.641.031[2] merupakan kabupaten terluas yang berada di Jawa Tengah dan memiliki potensi alam yang luar biasa kaya, akan tetapi melimpahnya sumber daya alam tersebut belum bisa dirasakan secara maksimal oleh rakyat lantaran kurang produktifnya kegiatan perekonomian mereka. Kegiatan perekonomian yang dilakukan hanyalah sekedar kegiatan perekonomian biasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan hanya sebagian yang memikirkan kebutuhan dimasa mendatang.
Oleh karenanya kemiskinan terjadi hampir disebagian besar kecamatan yang ada. Padahal banyak sekali anak daerah yang berprestasi dan memiliki gelar di luar kota, namun mereka enggan pulang kampung dan membangun daerah karena kuran diperhatikannya pendidikan dan kesejahteraan disana. Sedangkan mereka yang kurang dalam ilmu pengetahuan lebih memilih menjadi Tenaga Kerja Indonesia yang menyumbangkan banyak devisa negara, namun sekali lagi hal tersebut belum bisa mengentaskan kemiskinan dan kesenjangan yang ada. Hal ini juga dipengaruhi karena adanya kawasan-kawasan yang diproses untuk kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang dicanangkan oleh perusahaan perusahaan, seperti Desa Bunton di Kecamatan Adipala dan Desa Karangkandri di Kecamatan Kesugihan. [3]
Kurangnya sistem monetasi[4] dan investasi dari luar negeri juga menjadi kenadaa non teknis yang selalu menjadi momok perusahaan lokal pengolah pengolah sumber daya alam yang ada. Sedikitnya investor yang tertarik berinvestasi seharusnya menjadi pekerjaan rumah para pejabat daerah untuk lebih agresif dalam mengenalkan potensi alam Kabupaten Cilacap. Sehingga pengentasan saat ini yang baru mencapai 150.000[5] Kepala Keluarga bisa berjalan lancar dan mencapai angka yang lebih lagi ditahun-tahun yang akan datang.

I.2. Rumusan Masalah
Latar belakang permasalahan yakni munculnya wacana bahwasanya faktor modal dan pendidikan bukan lah suatu yang urgen dalam membangun perekonomian dan produktivitas suatu daerah. Akan tetapi fakta-fakta ekonomi, politik, dan kebudayaan di Kabupaten Cilacap yang notabene-nya adalah tanah tumpah daerah penulis sendiri perlu dikaji lebih mendalam lagi. Maka, penulisan karya ini bisa dinisbahkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1.      Seberapa urgen kah aliran dana atau monetasi dan pendidikan di suatu daerah terhadap pembangunan perekonomian daerah dan produktivitasnya?
2.      Skema kebijakan seperti apakah yang seharusnya diambil pemerintah setempat untuk mensiasati monopoli sumber daya alam dalam hal ini eksploitasi berlebihan sehingga kurang bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar?

1.3. Manfaat Penulisan
Sumber daya alam yang melimpah jikalau tidak bisa dimanfaatkan oleh rakyat secara optimal dan maksimal akan terasa hambar dan tidak bisa membawa kesejahteraan yang diharapkan, oleh karenanya penulisan karya ilmiah ini diharapkan bisa:
1.      Memberikan pandangan bagi para penguasa kebaikan untuk tidak mengesampingkan faktor-faktor non-teknis yang terkadang menjadi penghambat perekonomian suatu daerah.
2.      Masyarakat menjadi sadar akan pentingnya ilmu dan integritas dalam memanfaatkan karunia Tuahan Yang Maha Kuasa.

I.4. Data dan Metodologi Penulisan
            Penyusunan karya tulis ini merupakan penulisan atas penelitian study pustaka atau study literatur yang telah dipublikasikan dan kemudian dikaji sesuai arah kajian dan teoritis. Adapun study literatur tersebut diambil dari: Artikel pada majalah, surat kabar, maupun internet, buku pegangan, serta fenomena yang terjadi akhir-akhir ini.


BAB II
KAJIAN TEORI

II.1. Fungsi Produksi
Dalam teori ekonomi, produktivitas adalah fungsi dari faktor-faktor produksi. Produktivitas dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi. Pada masyarakat yang struktur pasarnya mendekati struktur pasar persaingan sempurna, produktivitas sangat ditentukan oleh faktor tenaga kerja. Sudibyo (1995) mengemukakan, setelah revolusi industri, terjadi transformasi fungsi produksi yaitu bahwa sebagian dari produktivitas fungsi produksi, yang semula ditentukan oleh tenaga kerja, ditentukan oleh kapital (dalam peralatan mesin). Maka, produktivitas adalah fungsi dari faktor tenaga kerja (L) dan kapital (K). Dengan munculnya gelombang transformasi tersebut, maka muncul pula pola transformasi ketiga dalam bentuk human capital yang substansinya adalah iptek.[6]
Dengan demikian, berarti fungsi produksi masyarakata tidak lagi ditentukan oleh tenaga kerja (L) semata, akan tetapi melibatkan modal (K) dan human capital ( intelektual atau I). Realitanya, masyarakat kita memiliki seua bentuk fungsi sistem produksi yang dipengaruhi oleh semua aspek diatas, dari fungsi yang paling sederhana yakni Q=f (L) hingga yang paling komplek ( Q = f(K,L) ). Fungsi yang paling simple biasanya dimiliki oleh buruh-buruh tani ataupun buruh bangunan yang hidup di pedasaan atau pelosok kabupaten yang sangat susah dijangkau. Sedangkan fungsi yang lebih baik ( Q = f (K,L))
II.1. Potensi Sumber Daya Alam Kabupaten Cilacap
            Kabupaten Cilacap memiliki potensi alam yang luar biasa besarnya. Sumber daya ala mini bias mensejahterakan rakyat jika diolah dengan baik oleh penduduk sekitar. Akan tetapi sumber daya ini cenderung dieksploitasi oleh pihak-pihak yang notabenenya adalah orang-orang luar daerah ataupun pendatang baru. Sebut saja perusahaan-perusahaan raksasa seperti P.T. Holcim Indonesia,Tbk., P.T. Pertamina, dan perusahaan besar lainnya. Sumber daya alam tersebut dikeruk oleh orang lain padahal masih banyak orang-orang pribumi yang tidak terserap sebagai tenaga kerjanya dan kurang diperhatikan kesejahteraannya.
Berikut ini potensi alam dan sumber daya mineral yang dimiliki Kabupaten Cilacap yang masih sangat belum optimal penggaliannya dan membutuhkan investasi yang sangat besar[7]:
1.      Bidang Perikanan Laut
Aktifitas nelayan setempat untuk menangkap ikan belum mencapai batas ZEE dikarenakan belum adanya fasilitas yang memadai. Untuk mengoptimalkan potensi laut ini membutuhkan dana sekitar 300 Milyar untuk mempangun dok kapal sederhana dan tempat penjualan ikan (TPI).
2. Bidang Perikanan Darat
Di sektor perikanan masih memerlukan banyak investasi berhubung dengan kurangnya pasokan ikan. Konsumsi masyarakat mencapai 19 juta ekor pertahun sedangkan jumlah pasokan ikan hanya sekitar 14 juta ekor pertahunya. Dari budidaya rumput laut dan ikan kerapu juga belum memenuhi permintaan pasar.
3. Bidang Kehutanan dan Perkebunan
Sector perkebunan dan kehutanann yang supplier di bidang industry permebelan membutuhkan investasi sekitar 90 Milyar. hal ini juga menjadi indicator mahalnya bahan baku pembuat perabotan rumah tangga. Padahal kayu yang dihasilkan adalah kayu yang sangat urgen penggunaannya dalam pembuatan bahan perabotan, sperti kay albiso. Juga kayu putih sebagai pemsok atsiri dan jarak pagar sebagai bahan baku biofel.
4. Bidang Sumber Daya Mineral
Sumber daya mineral merupakan sector yang membutuhkan dana investasi terbesar di Kabupaten Cilacap, karena Kabupaten Cilacap memang memiliki sumber daya alam migas yang melimpah dan beum digali secara keseluruhan. Meliputi minyak bumi, batubara, emas, pasir besi, bentonit, trass, talk, gamping, andesit, lempung, tanah urug,  dan pasir batu.


BAB III
PEMBAHASAN

Kegiatan ekonomi muncul karena adanya perpaduan manusia sebagai khalifa dan sumber daya alam yang ada di muka bumi ini.[8] Oleh karena itu tujuan dari kegiatan perekonomian adalah untuk memenuhi kebutuhan dengan segala keterbatasan dan kemampuan manusia sebagai simbol survive di dunia yang fana ini. Sebagaimana yang disampaikan Sanrego(2010) bahwasanya kegiatan ekonomi merupakan perpaduan alam dan manusia. Alam sebagai sumber dari segala faktor input produksi, sedangkan manusia sebagai pengolah yang menempati factor tenaga kerja. Sehingga dalam skema ekonomi mikro didapat sebuah formula sederhana yang mana output (Q) sebuah produksi bergantung pada faktor input yang berupa kombinasi capital (K) dan tenaga kerja (L).
Skema tersebut merupakan skema ya sangat sederhana dan hanya dimiliki oleh masyarakat yang cenderung dengan keterbatasan di setiap lini. Sedangkan menurut Sudibyo(1995), skema yang baik dari sebuah factor produksi adalah perpaduan antara modal (K), tenaga kerja (L), dan intelektual (I) yang merupakan kemampuan atau skill yang dimiliki oleh tenaga kerja maupun menejemen perusahaan yang baik dan saling bersinergi.
Akan tetapi jika melihat prakteknya dilapangan, sagat susah sekali ditemukan perusahaan atau produsen yang benar-benar memiliki skema produksi sempurna seperti apa yang telah diteorikan oleh Sudibyo diatas. Bahkan kebankan dari masyarakat sendiri hanya memiliki factor (L) tanpa factor (K) dalam melakukan kegiatan produksinya. Seperti juga masyarakat pedalaman di Kabuapaten Cilacap yang hanya memiliki skema (L) sebagai factor tunggal produksi. Hal terjadi karena minimnya monetisasi atau proses mengalirnya dana dari pihak yang berlebih ke pihak yang membutuhkan, dalam hal ini adalah pihak produsen.
Selain susahnya dana segar, system administrasi birokrasi yang ruwet juga menjadi salah satu indikasi sulitnya perubahan skema produksi dari yang paling sederhana menjadi lebih baik. Sebut saja di Kabupaten yang memiliki tenaga kerja yang lumayan banyak dan sumber daya alam yang sangat melimpah  belum bisa memaksimalkan segala sumber daya sebagai factor input daripada produksi. Dana triliunan rupiah yang dibutuhkan seharusnya bias didapatkan dari pembiayaan perbankan maupun pembiayaan lainnya. Sayangnya rumitnya administrasi membuat para investor enggan untuk menanamkan dana mereka di Kabupaten ini.
Para investor hanya tertarik untuk menginvestasikan dana mereka lewat perusahaan besar seperti PT Holcim maupun Pertamina. Padahal, jika mereka mau memnginvestasikan di bidang lainnya seperti perikanan maupun perhutani yang memiliki lebih banyak potensi dan menjajikan. Mereka kurag tertarik karena tenaga kerja yang mengelola dana masih kurang kompeten dan menjanjikan dalam menejemen. Hal ini ada karena kuran kompetennya pendidikan yang ada. Sehingga investor harus menimbang resiko dan memikirkannya beribu-ribu kali.
            Satu lagi kelemahan yang dimiliki Kabupaten Cilacap, yakni dalam system pendidikan dan instansi penyelenggara yang  masih sangat minim sekali. Sampe sekarang di Kabupaten ini belum ada perguruan tinggi negeri ataupun swasta yang bias dipertanggungjwabkan kredibilitas dan dedikasinya dalam mencetak orang-orang yang kompeten. Sedangkan orang-orang pribumi yang memiliki kompetensi lebih memilih menempuh pendidikan di luar daerah dan lebih memilih tinggal di daerah lain lantaran sudah hidup enak dengan kesuksesan yang dia raih disana.
            Masalah pendidikan juga yang seharusnya menjadi pusat perhatian semua stakeholder ekonomi tidak terkecuali pemerintah. Karena setiap kegiatan perekonomian tidak terlepas dari faktor ini. Bahkan kemiskinan yang digembor-gemborkan sebagai masalah perekonomian, bisa ditandaskan dengan munculnya inovasi dan kreatifitas dari orang-orang yang berpendidikan dan kompeten.  Sebenarnya banyak orang-orang yang kreatif dan inovatif tapi sayangnya mereka kurang di dukung oleh pendidikan yang sistematis sehingga putusan yang dihasilkan juga akan kurang sistematis.
            Pengentasan kemiskinan contohnya, selama ini pengentasan orang-orang miskin hanya sebatas pemberian bantuan langsung berupa barang dan uang saja. Padahal orang-orang miskin lebih butuh pemberdayaan untuk meng-upgrade kehidupan ekonomi mereka. Akhirnya kegiatan produksi di masyarakat tidak berkembang sedang kegiatan konnsumsi semakin meningkat. Hal ini akan membuat barang jadi lebih mahal dan akhirnya ada kesenjangan social. Padahal kehidupan tidak harmonis cenderung terpacu oleh kesenjangan social yang terjadi.


BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari tulisan ini adalah susahnya sebuah proses monetasi yang menjadi faktor input produksi mengakibatkan penghalang tersendiri untuk berkembangnya kegiatan perekonomian terkhusus pada kegiatan produksi. Karena aliran dana atau investasi merupakan kegiatan yang sangat urgen dalam pembangunan perekonomian dengan tujuan mensejahterakan masyarakat. Sedikitnya investor yang berminat juga dikarenakan rumitnya birokrasi untuk berinvestasi.
Di lain pihak, standardisasi kompetensi manusia sebagai stakeholder juga sangat dibutuhkan. Hal tersebut bisa diwujudkan dengan adanya standar pendidikan yang tinggi dan banyakna instansi penyelenggara pendidikan kompeten.

IV.2.  Saran
1.      Hendaknya proses monetasi dipermudah dengan adanya peraturan pemerintah yang lebih mendukung.
2.      Didirikannya instansi pendidikan seperti universitas yang bermutu sehingga bisa menelorkan orang-orang yang kompeten.


DAFTAR PUSTAKA

Sudibyo, Bambang. Substansi Kemiskinan dan Kesenjangan.1995. Yogyakarta:ICMI

Sukirno, Sadono. Mikro Ekonomi “Teori Pengantar”.1994. Jakarta: Raja Grafindo Persada





[1] Lihat di cilacapkab.go.id
[2] Sensus penduduk Cilacap 2010, diunduh pada 2 Januari 2011 dari www.bps.go.id
[3] Lihat wikipedia.com / kabcilacap
[4] Aliran dana dari pemerintah atupun Bank dan Lembaga Keuangan lainnya yang memberi pembiayaan kepada masyarakat untuk meningkatkan produktivitas masyarakat dalam megolah usahanya.
[5] http://humascilacap.info/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=610
[6] Sudibyo, Bambang. Substansi Kemiskinan dan Kesenjangan.1995. Yogyakarta:ICMI
[7] Lihat Cilacapkab.go.id, “Indeks Potensi Sumber Daya Alam Kabupaten Cilacap”.
[8] Disampaikan Sanrego, Yulizar D, ketika belajar bareng temilnas di STEI Tazkia

0 komentar: (+add yours?)

Post a Comment

rizalrazib. Powered by Blogger.