Integrasi Moneter Kawasan ASEAN+3, Suatu Keniscayaan


Praktisi dan akademisi kawasan ASEAN kini disbukkan dengan penilitian dan pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), setelah beberapa waktu lalu diganggu dengan isu perdagangan bebas kawasan. Masyarakat ekonomi ASEAN sepakat dibentuk dan diberlakukan pada tahun 2015 mendatang. Hal ini terkait dengan kesepakatan atas integrasi moneter kawasan ASEAN yang bertujuan untuk mempermudah perdagangan antar negara kwasan Asia Tenggara dan mereduksi resiko demi perdagangan internasional kawasan.

Integrasi mineter kawasan ASEAN+3 merupakan sebuah integrasi keuangan yang ingin dicapai oleh 11 negara ASEAN dan 3 negara tetangga yang memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian ASEA. Tiga negara tersebut adalah Jepang, China, dan Korea Selatan. Ketiganya disinergikan karena ketiga negara ini memiliki sumbangan besar terhadap PDB negara-negara ASEAN.

Resiko kawasan yang dimaksud termasuk resiko nilai tukar mata uang dan tekanan yang mengganggu stabilitas perekonomian dalam negeri menjadi permasalahan yang lebih disoroti. Pasalnya, shock yang melanda perdagangan dan suatu negera tertentu, terutama tekanan pada pasar uang, seringkali berpengaruh terhadap stabilitas perekonomian negara-negara di kawasan. Pandangan konvensional saat ini menganggap bahwasanya volatilitas nilai tukar merupakan hambatan dan biaya transaksi perdagangan.


Oleh karenanya, dibutuhkan sebuah upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar mata uang negara kawasan dan menjaganya dari tekanan-tekanan volatilitas jangka pendek. Ini penting karena volatilitas nilai tukar jangka pendek akan mengarah pada misalignment nilai tukar yang lebih besar dan bersifat persisten menjadi problem dalam integrasi keuangan kawasan. Diantara upaya yang bisa dilakuakan adalah dengan menggalakkan koordinasi makroekonomi regional melalui berbagai kerjasama nilai tukar regional kawasan ASEAN dan Asia Timur.

Namun, tentunya penggunaan mata uang regional adalah akhir dari bentuk integrasi moneter yang dilakukan negara-negara dalam kawasan. Sebelum menginjak kepada suatu kesepakatan penggunaan mata uang tunggal, beberapa langkah ahrus diambil dan disepakati oleh para pemimpin negara-negara ASEAN+3. Lankah tersebut menurut Teori Integrasi Ekonomi (Balassa : 1961) diantaranya (i) kesepakat negara kawasan untuk mengadakan free trade area regional, (ii) membentuk sebuah masyarakat ekonomi bersama (customer union), (iii)  hingga sampai kepada pembentukan suatu pasar bersama (common market) yang bertujuan menghilangkan hambatan perdagangan intra kawasan ASEAN+3. Ketika pasar telah terintegrasi dengan tinggi, maka suatu mata integrasi mata uang kawasan menjadi sangat urgen.

Teori ini sama persis seperti apa yang pernah dilakukan oleh masyarakat ekonomi Eropa (UMS) untuk mencapai tujuan integrasi mata uang kawasan European Currency Unit (ECU). Langkah demi langkah diatas juga telah ditempuhkan oleh pemimpin-pemimpin negara ASEAN demi tercapainya suatu integasi moneter di kawasan regional. Kesepakatan free trade area telah diberlakukan pada tahun 2010 lalu, sepuluh tahun setelah kesapakatan ini ditanda tangani. Langkah ini diambil karena intensitas transaksi perdagangan antar negara kawasan dan tiga negara tamahan sudah sangat tinggi sehingga dibutuhkan kesepakatan pembebasan area perdagangan dengan menghilangkan hambatan tarrif antar-negara.

Wacana pembentukan masyarakat ekonomi ASEAN juga telah diisukan sejak beberapa tahun terakhir. Tahun 2015 merupakan waktu pelaksanaan dari kesepakatan tersebut. Periode ini merupakan periode yang ditujukan untuk mempertinggi intensitas perdagangan barang dan jasa internasional. Tidak hanya sebuang commodity trading yang akan diinternasionalisasikan dan dihilangkan hambatan-hambatan perdaganagn baik tarrif maupun non-tarrif. Yang menjadi cirri penting dari masa ini adalah internasionalisasi di bidang perdagangan jasa.

Saat ini, internasionalisasi pendidikan sudah menjadi sebuah tren senter tersendiri di dunia pendidikan. Beberapa universitas besar sudah membuka pendidikan berkelas internasional yang bahasa pengantarnya menggunakan Bahasa Inggris. Sebut saja Universitas Gadjah Mada dengan Pendidikan Dokter Internasionalnya, Intstitut Teknologi Bandung dengan prodi Bisnis Manajemen Internasionalnya, dan beberapa institusi lainnya. Kejadian ini bukan tanpa dasar, intstitusi tersebut membuka konsentrasi jurusan karena memang telah di atur dalam master plan pendidikan negara kawasan regional.

Semua step ini ditujukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan. Akan tetapi, masa yang paling penting adalah masa pembentukan suatu pasar kawasan bersama. Disinilah saat yang akan dilalui oleh ASEAN ketika telah sukses dengan masyarakat ekonomi ASEAN-nya. Sebab tujuan awasl dari integarasi ekonomi yang disepakati oleh pemimpin negara-negara ASEAN adalah terciptanya suatu perdagangan internasional yang maksimal dan saling menguntungkan. Hal tersebut bisa tercapai jika suatu mata uang kawasan telah tercipta dan didedikasikan untuk kepentingan kawasan. 

Sumber : ASEAN Annual Statistic 2005 (diolah)

Namun, agaknya langkah ASEAN untuk membuat suatu mata uang kawasan akan mengalami hambatan tersendiri mengingat intensitas perdagangan yang masih rendah. Integrasi ekonomi dan moneter akan terlaksananya setidaknya jika perdagangan intra kawasan dan PDB dari masing-masing negara sudah berkesinambungan. Namun, jika masanya tiba –semua step dalam teori integrasi ekonomi telah dilaksanakan-  nampaknya ASEAN harus membuat optimum currency (mata uang tunggal), dengan menambahkan tiga negara tetangga (ASEAN+3) ataupun menghilangkan lima negara anggota (Laos, Kamboja, Brunei, Myanmar, dan Vietnam) sebagai pertimbangan bobot basketnya. Hal ini senada mengingat data PDB dan peran serta transaksi ekspor intra kawasan kelima negara tersebut tergolong rendah dan cenderung tidak memepengaruhi perdagangan kawasan regional.

0 komentar: (+add yours?)

Post a Comment

rizalrazib. Powered by Blogger.